20 September 2008

new and fresh

Artikel

Perspektif Kristen Mengenai Waktu dan Aplikasinya-1:
WAKTU DAN KEDAULATAN ALLAH
oleh: Denny Teguh Sutandio

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. (Mzm. 90:12) dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Ef. 5:16)

PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Apa itu waktu? Masalah waktu adalah masa urgen yang dirasakan oleh semua manusia. Semua manusia yang hidup di dunia pasti memiliki waktu. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah apa yang mereka mengerti mengenai waktu dan bagaimana mereka mempergunakan waktu tersebut. Dunia postmodern mengajarkan pragmatisme, di mana segala sesuatu dilakukan dengan semangat semaunya sendiri. Hasilnya, manusia postmodern kurang mengerti definisi waktu dengan tepat dan menggunakannya dengan bertanggung jawab. Tidak heran, banyak orang menghambur-hamburkan waktunya untuk melakukan sesuatu yang kurang bermanfaat bahkan tidak bernilai. Ketidakmengertian mereka akan waktu dan bagaimana memanfaatkan waktu dilatarbelakangi oleh ketidakmengertian mereka akan konsep nilai. Jika mereka mengerti konsep nilai, mereka akan mengerti salah satu pewujudnyataan nilai itu di dalam waktu. Mari kita mencoba mengerti apa yang dunia ajarkan tentang waktu, lalu kita akan meninjaunya dari perspektif Alkitab dan aplikasinya di dalam menebus waktu.

KONSEP DUNIA MENGENAI WAKTU Ada beberapa prinsip mengenai waktu yang dunia ajarkan.

1. Waktu Itu Melingkar
Dunia Timur mengajarkan bahwa waktu adalah melingkar (circular). Manusia yang hidup suatu saat pasti mati, setelah mati, ia akan mengalami reinkarnasi di dalam dunia lagi sesuai dengan jasanya ketika ia dulu masih hidup. Konsep ini mengakibatkan orang tidak memikirkan lagi apa artinya pertobatan, kebenaran, dan iman. Mengapa? Karena orang yang berpikiran melingkar pasti malas bertobat, karena toh, di kesempatan mendatang, ia bisa “bertobat.”

2. Waktu Adalah Uang
Konsep dunia Barat mengajarkan bahwa waktu adalah uang (time is money). Konsep ini mengajarkan bahwa waktu itu sama berharganya dengan uang. Konsep ini dilatarbelakangi oleh jiwa materialisme dari dunia Barat yang mengukur segala sesuatu dari asas manfaat (utilitarianisme). Seseorang melakukan segala sesuatu setelah ia mengukur bahwa yang ia lakukan itu “bermanfaat” (dalam arti: menguntungkan). Jika tidak bermanfaat, ia tidak akan mengerjakannya. Oleh karena itu, tidak heran, waktu dipersamakan dengan uang. Manusia tentu tidak mau membuang-buang uang, makanya jangan pernah membuang-buang waktu. Konsep ini sebenarnya adalah konsep yang rendah, karena waktu dipersamakan dengan benda materi, padahal waktu lebih bernilai ketimbang uang. Inilah kegagalan pola pikir Barat dan “Kristen” yang dipengaruhi utilitarianisme.

3. Waktu adalah Kesempatan
Konsep ketiga mengenai waktu yaitu waktu adalah kesempatan. Konsep ini lebih agung sedikit dari dua konsep pertama, karena konsep ini mengajarkan kepada kita bahwa di dalam setiap waktu selalu ada kesempatan. Di dalam kesempatan itu, kita harus mengejar dan mendapatkan sesuatu yang bernilai, dan memberikan/melakukan sesuatu yang bernilai kepada orang lain. Tidak heran, ada pepatah mengatakan, “Jangan buang-buang kesempatan.” Konsep ini baik, tetapi tetap memiliki dua kelemahan, yaitu tidak memiliki definisi yang tepat tentang konsep nilai di dalam kesempatan dan juga tidak memiliki konsep yang tepat bagaimana kesempatan itu dikaitkan dengan kedaulatan Allah. K

ONSEP ALKITAB MENGENAI WAKTU
Ketika dunia mengajarkan 3 konsep waktu di atas, lalu bagaimanakah konsep Alkitab mengenai waktu? Alkitab mengajarkan beberapa prinsip, yaitu:

1. Waktu adalah Pemberiaan Allah (berkait dengan kekekalan) Konsep pertama dari Alkitab mengenai waktu yaitu waktu itu sendiri adalah pemberian/anugerah Allah. Di sini berarti ketika Allah menciptakan dunia ini, Ia tentu juga menciptakan waktu di dalamnya. Hal ini terbukti dengan diciptakannya siang dan malam pada waktu penciptaan. Ia yang menciptakan waktu juga adalah Allah yang memelihara dan berdaulat atas waktu. Di sana, ada kaitan yang erat antara waktu di dunia ini yang bersifat sementara dengan kekekalan Allah. Anak Tuhan sejati yang melihat waktu sebagai pertemuan antara kekekalan dengan kesementaraan adalah anak Tuhan yang melihat rencana kekal Allah yang harus dinyatakan di dalam dunia ini. Ia peka melihat kehendak dan pimpinan Allah di dalam setiap waktu. Ketika Allah memimpinnya untuk melayani Tuhan di bidang pekerjaan tertentu, ia akan taat mutlak karena ia percaya bahwa waktu yang ia miliki adalah anugerah Tuhan yang harus dipergunakan HANYA untuk memuliakan Tuhan! Sedangkan orang yang katanya “Kristen” mungkin kelihatannya religius, tetapi sebenarnya hatinya tidak mau taat kepada Tuhan dan firman-Nya. Akibatnya ia tidak akan mempergunakan waktunya untuk Tuhan, tetapi untuk memenuhi ambisi pribadinya atau orangtuanya atau orang-orang yang ia kasihi. Tidak heran, untuk hal-hal yang kurang (bahkan tidak) bernilai, orang-orang seperti ini memiliki banyak waktu, tetapi untuk hal-hal yang bernilai (misalnya, pergi ke gereja, membaca Alkitab, dll), ia akan mengatakan bahwa ia tidak memiliki banyak waktu. Itu yang terjadi pada beberapa teman saya yang mengaku “Kristen.” Teman saya memiliki banyak waktu untuk membaca buku Rich Dad, Poor Dad dari Robert T. Kiyosaki, di mana dia sudah habis membaca buku itu, tetapi ketika saya tanya, apakah dia sudah habis membaca Alkitab? Dia menjawab: belum. Untuk novel The Da Vinci Code, orang “Kristen” bahkan rela membeli dan membacanya, tetapi bagaimana dengan Alkitab? Untuk membaca surat kabar, selalu ada waktu, tetapi bagaimana dengan membaca dan mempelajari Alkitab? Untuk pergi ke mal, selalu ada waktu, tetapi bagaimana dengan pergi ke gereja? Biarlah kita mengintrospeksi diri kita masing-masing, benarkah kita sebagai orang Kristen sudah mengerti konsep bahwa waktu adalah pemberiaan Allah? Lalu, apa aplikasinya dalam kehidupan kita sehari-hari?

2. Waktu Bersifat Linier
Konsep Alkitab kedua mengenai waktu yaitu waktu itu bersifat linier. Berbeda dari konsep dunia Timur mengenai waktu, maka Alkitab mengajar bahwa waktu itu bersifat linier (garis lurus), dari titik Alfa (huruf pertama dalam bahasa Yunani) sampai Omega (huruf terakhir dalam bahasa Yunani). Ini berarti waktu tidak pernah terulang, karena waktu berjalan lurus. Karena tidak pernah terulang, maka sebagai anak Tuhan, kita harus memanfaatkan waktu ini sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai Pencipta waktu. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan tidak menunda pekerjaan yang harus kita kerjakan. Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk berdoa, membaca Alkitab, memberitakan Injil, bersekutu, dll, jangan pernah menunda hal-hal tersebut. Selain itu, di dalam pekerjaan sehari-hari kita, biasakan untuk tidak menunda pekerjaan. Jika kita bisa mengerjakannya sekarang, kerjakanlah sekarang, jangan dikerjakan besok, karena mungkin sekali besok kita tidak bisa mengerjakannya. Begitu juga dengan panggilan Tuhan. Ketika panggilan Tuhan jelas bagi kita di waktu tertentu untuk bekerja di tempat tertentu atau melayani-Nya secara penuh waktu, pada saat itu juga langsung kerjakan, jangan menunda-nunda waktu Tuhan. Jangan menggunakan segudang argumentasi “logis” untuk menolak atau mengundur panggilan Tuhan yang JELAS. Misalnya, ketika kita dipanggil Tuhan menjadi hamba-Nya penuh waktu pada waktu kita menjadi mahasiswa semester 5 di salah satu universitas, jangan pernah menolak panggilan Tuhan yang JELAS itu dengan argumentasi “logis”: “tinggal beberapa tahun lagi lulus.” Ketika kita mencoba melakukan hal itu, kita sudah berdosa, karena kita telah menolak (baik halus atau tidak) panggilan Tuhan yang JELAS bagi kita. Ketika Tuhan mengutus Musa membebaskan Israel, Ia meminta Musa melakukannya sekarang. Ketika Tuhan menyuruh kita melakukannya SEKARANG, jangan pernah berkata: TIDAK! Biarlah kita dan khususnya orangtua Kristen yang beres mengajarkan konsep ini kepada anaknya sehingga dari kecil, anak memiliki kepekaan untuk mengerti pimpinan Allah bagi hidupnya (bukan pimpinan orangtua)! Itulah wujud pertanggungjawaban kita dalam menghargai waktu yang linier yang sesuai dengan kehendak-Nya. TEBUSLAH WAKTUMU Kemudian, pertanyaan kita selanjutnya, bagaimana mempergunakan waktu? Kedua nats Alkitab dari Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) di atas memberikan penjelasan kepada kita tentang signifikansi waktu bagi manusia. Di dalam Mazmur 90:12, Musa mengajar kita untuk menghitung hari-hari kita sedemikian, sampai kita memperoleh hati yang bijaksana. Luar biasa, di sini, Musa mengaitkan waktu dengan kebijaksanaan. Ketika seseorang mempergunakan waktunya dengan bertanggung jawab, di saat itu juga, orang itu memiliki kebijaksanaan dalam hatinya. Lebih tajam lagi, Paulus mengatakan di dalam Efesus 5:16 bahwa kita harus mempergunakan (King James Version: redeeming artinya menebus) waktu kita karena hari-hari ini adalah hari yang jahat. Dengan kata lain, kita bukan hanya menghitung hari kita, tetapi kita juga menebus hari/waktu kita. Menebus di sini berarti mengembalikan waktu yang Tuhan ciptakan kepada Tuhan sendiri untuk kemuliaan Tuhan. Mengapa kita harus menebus waktu? Karena hari-hari ini adalah hari yang jahat. Hari yang jahat dan masa yang sukar ditandai dengan orang yang makin mencintai diri dan uang (2Tim. 3:1-2). Jika kita sudah mengetahui dan membaca tanda-tanda zaman, hendaklah kita waspada dan berusaha untuk menebus waktu kita. Bagaimana cara kita menebus waktu? Caranya hanya satu yaitu mengembalikan waktu kita kepada Pencipta waktu yaitu Tuhan.

Bagaimana aplikasinya?

1. Utamakan Tuhan dalam Waktu
Kita Memuliakan Tuhan di dalam waktu ditunjukkan dengan bagaimana kita mengutamakan Tuhan dalam setiap waktu kita. Di dalam hidup kita, berapakah waktu yang kita pergunakan untuk Tuhan dan untuk hal-hal lain di luar Tuhan? Sering kali banyak orang “Kristen” lebih banyak mempergunakan waktu untuk hal-hal yang kurang bernilai, misalnya jalan-jalan, dll. Tidak berarti orang Kristen tidak boleh jalan-jalan ke mal, dll. Tetapi yang menjadi inti permasalahannya adalah banyak orang “Kristen” lebih suka mempergunakan waktunya untuk jalan-jalan ketimbang pergi ke gereja. Sehingga tidak heran, konsep mereka sering dicemari oleh konsep dunia yang hedonis, materialis, dan pragmatis. Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang bisa membagi waktu dan menempatkan prioritas waktu yang terbanyak untuk Tuhan dan sisanya baru untuk hal-hal sekuler. Di sini, Tuhan mendapat prioritas waktu yang tertinggi dan terbanyak. Adalah suatu keanehan jika orang Kristen tidak memiliki kerinduan untuk lebih dekat dengan Allah. Apalagi lebih aneh lagi jika ada orang “Kristen” yang merasa bersalah ketika ia tidak pergi ke suatu acara tertentu atau telat pergi ke acara tertentu, sedangkan ia tidak merasa bersalah jika tidak pergi atau telat ke gereja. Biarlah kita mengintrospeksi diri kita masing-masing apakah kita sudah menggunakan waktu dengan mengutamakan Tuhan.

2. Belajar Tidak Terlambat
Konsep kedua dari memuliakan Tuhan adalah belajar menghargai waktu dengan tidak terlambat. Budaya ngaret di Indonesia harus kita buang, karena budaya itu tidak memiliki unsur positifnya sama sekali. Orang yang suka ngaret adalah orang yang tidak menghargai waktu, karena baginya, terlambat atau tidak, tidak berarti apa-apa. Kekristenan harus merombak total konsep budaya ini! Jangan pernah ada kata terlambat di dalam kamus Kristen. Artinya, sebisa mungkin kita berusaha mempergunakan waktu kita secara efektif. Misalnya, kita mau pergi ke kantor/gereja pada Pkl. 08.00 WIB. Supaya tidak terlambat, kita usahakan bangun pagi Pkl. 06.00 WIB untuk saat teduh, berdoa, sikat gigi, makan, mandi, dll, lalu pada Pkl. 07.00 WIB kita bisa berangkat, sehingga sampai kantor/gereja, kita tidak terlambat. Mengapa seseorang terlambat? Problemnya terletak pada penyakit malas: malas bangun pagi dan yang paling parah, malas bekerja/pergi ke gereja. Akibatnya, ketika harus menghadiri kebaktian Pkl. 08.00 WIB, mereka berangkat dari rumah Pkl. 07.45 (padahal jarak dari rumah ke gerejanya: 30/45 menit). Lalu, ketika ditegur, mereka beralasan “macet,” padahal alasan utamanya adalah mereka telat berangkatnya. Bagaimana dengan kita? Masihkah kita terlambat? Sebagai orang yang sudah diselamatkan, kita tidak seharusnya terlambat.

3. Meminimalkan Waktu dengan Melakukan Hal-hal yang Bernilai
Konsep terakhir memuliakan Tuhan di dalam waktu adalah meminimalkan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang bernilai. Artinya, belajar mengerjakan sesuatu semaksimal mungkin dengan waktu yang seminimal mungkin. Dalam hal ini, Tuhan Yesus telah memberikan contoh bagi kita. Dalam waktu 3,5 tahun, Ia sudah menjadi berkat bagi ribuan orang Israel dan sekitarnya, sehingga dari 12 rasul-Nya, Kekristenan berkembang pesat sampai sekarang. Tidak ada satu pribadi yang bisa seperti Tuhan Yesus yang dalam waktu singkat mampu mempengaruhi begitu banyak orang bahkan melampaui zaman. Ini berarti Ia memakai waktu seminim mungkin untuk mengerjakan sesuatu yang dahsyat. Bagaimana dengan pekerjaan kita? Bagaimana dengan pelayanan kita? Apakah sebagai orang Kristen yang telah ditebus, kita masih bermalas-malasan dan tidak mau giat bagi Tuhan? Apalagi kita yang masih muda, maukah kita berkomitmen memakai waktu kita ini untuk melakukan hal-hal yang lebih dahsyat lagi bagi Tuhan? Selagi ada waktu, pergunakanlah itu untuk terus memuliakan Tuhan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin. Sebagai bahan studi lebih lanjut mengenai penggunaan waktu dalam perspektif Kristen yang bertanggung jawab, silahkan membaca buku: WAKTU DAN HIKMAT yang ditulis oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong.

"Faith does not depend on miracles, or any extraordinary sign, but is the peculiar gift of the spirit, and is produced by means of the word … There is to which the flesh is more inclined than to listen to vain revelation." (Dr. John Calvin)

19 September 2008

GEREJA SEBAGAI MEMPELAI ANAK DOMBA

GEREJA SEBAGAI MEMPELAI
ANAK DOMBA

(Yohanes 3: 23; Wahyu 21: 9, 27)

Oleh: Yohanes Waworundeng

Yohanes pembaptis adalah seseorang yang memperkenalkan konsep ini dengan jelas, sebelum kedatangan Yesus yang pertama kali ke dalam dunia. Sedangkan Rasul Yohanes adalah saksi hidup yang menyaksikan kebenaran ini setelah Yesus terangkat ke surga. Peran kedua Yohanes ini, adalah menjadi saksi. Yohanes Pembaptis menjadi saksi kunci dari jaman Perjanjian Lama serta Rasul Yohanes adalah saksi penting dari jaman Perjanjian Baru. Konsep ini sangat penting, sehinga Allah perlu menegaskan melalui rasul Yohanes sebelum menutup bukunya, bahkan dengan pengelihatan.
Apa relevansinya (hubungannya) dengan Gereja? Sebenarnya kita dapat menyimpulkannya dengan satu kata: PERSIAPAN. Sejauh manakah Gereja sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan mempelai laki-laki yakni, Yesus Krsitus. Lebih sempit lagi sejauh manakah kita sebagai pemimpin dan pelayan Tuhan mempersiapkan umat Tuhan, untuk bertemu dengan Yesus Kristus? Ini pertanyaan yang sangat relevan bagi Gereja di sepanjang jaman. Memang CARA mempersiapkannya mungkin berbeda-beda tetapi apakah mengandung prinsip yang sama? Apa yang menjadi prinsip persiapan? Salah satu faktor terpenting dari sebuah persiapan adalah “MENGENAL”. Pengenalan berhubungan dengan beberapa hal:

Kognitif (pengetahuan). Seorang yang akan menikah sudah seharusnya tahu dengan siapa yang menikah. Meskipun pada jaman lalu, kebanyakan tidak punya pilihan untuk menikah dengan siapa (karena di jodohkan), tetapi setidaknya sudah tahu mau menikah dengan siapa.). Orang yang normal kalau di tawarin menikah, pasti akan bertanya dengan siapa? Minimal tahu lah dengan siapa. Begitu halnya dengan Gereja, di manakah pentingnya pengenalan yang sifatnya pengetahuan. Dalam hal ini tentu berhubungan dengan tahu pribadi yang kita imani. Siapakah Yesus? Gereja yang memperkenalkan Yesus dengan salah maka Gereja tersebut tidak sedang mempersiapkan umat Allah menjadi mempelai wanita. (Mungkin Gereja yang udah putus asa). Jemaat tidak banyak, sedikit yang beri perpuluhan da persembahan, akhirnya orientasi pengenalannya tidak lagi di fokuskan kepada siapakah Yesus sebenarnya. Seolah-olah ada “Other Jesuses” atau “Yesus yang lain”. Hanya Yesus yang Alkitab katakan, itulah yang perlu kita kenal. Yesus yang lain, kenal dari pengalaman saja, Yesus berdasarkan teori pribadi, Yesus yang seharusnya ini dan itu yang tidak berdasar pada pengetahuan Alkitab harus di tolak. Hanya dari Alkitab, kita tahu Yesus yang sesungguhnya.

Pengenalan dalam kehendak. Dua orang yang sedang di jalin asmara, pada akhirnya di persatukan dalam kehendak yang sama, yakni di persatukan dalam Pernikahan. Sebelum di persatukan, keduanya akan belajar untuk saling melepaskan kepentingan diri sendiri, untuk lebih memikirkan kepentingan pasangannya. Kehendak aku menjadi kehendak kita. Rencanamu menjadi rencana kita. Ini adalah pengenalan yang sifatnya sudah lebih dewasa. (Coba yang sudah suami istri, tanyakan prinsip ini masih berlaku gak)? Adakah Tuhan tidak mengerti kehendak dan kebutuhan kita? Adakah Tuhan tidak mengenal kita seutuhnya? Saya yakin kita semua bependapat: Tuhan kenal. Bukankah seharusnya pertanyaan menjadi: sudahkah saya mengerti kehendak Tuhan? Sudahkah saya semakin mengenal Dia dan rencana2-Nya? Adakah rencana Tuhan sudah menjadi rencanaku? Gereja harus di persiapkan untuk selalu berjalan di dalam kehendak Allah. Gereja adalah tubuh Kristus, kepalanya adalah Kristus. Tubuh tidak akan bergerak semaunya tanpa arahan dari otak yang berada di kepala. Demikianlah Gereja yang mencintai Tuhan Yesus adalah Gereja yang selalu mengutamakan kehendak Allah di bandingkan hal yang lainnya.

Tindakan untuk saling memberi dan mencintai dengan utuh. Tidak benar bila seorang berkata kepada pasangannya “aku mengasihimu, namun tidak pernah menunjukkan dengan nyata dan positif tindakan kasihnya. Tidak ada hubungan yang akan berhasil apabila tidak ada kesadaran untuk sama-sama mengisi hubungan tersebut. Seseorang yang mengenal pasangannya, dia pasti tahu harus berbuat apa jika pasangannya sedang sedih, seseorang juga seharusnya tahu harus berbuat apa jika pasangannya membutuhkan sesuatu. Pertanyaan yang seharusnya: Apa yang sekiranya bisa ku lakukan untukmu? Tidak ada pengorabanan yang lebih benar dari sebuah tindakan yang tepat, di saat yang tepat kepada orang yang tepat. Kristus sudah menyatakan kasihnya dengan nyata? Apa bukti kasih kita kepadanya? Apakah Gereja sudah melakukan apa yang menyenangkan hati Allah. Apakah sudah tahu apa yang menyenangkan Allah tapi masih berdiam diri?

Gereja adalah mempelai wanita Anak domba Allah. Oleh karena itu, Gereja harus di kuduskan, di khususkan, di pisahkan dari segala yang tidak berkenan kepada Allah. Gereja juga perlu di bawa untuk mengerjakan apa yang benar. Gereja jauh dari kesesatan itu baik, tapi Gereja juga selalu mengajarkan dan mengerjakan apa yang benar dengan aktif.



Maranata.

18 September 2008

From Milis!

Hi semua apa kabar... Senang rasanya bisa bicara lebih dalam tentangiman Kristen... Pada dasarnya iman Kristen memang di bagnun di atasdasar percaya Yesus Kristus, tapi bicara mengenai arti hidup yangkekal please read Yohanes 17:3 (the definition of eternal life)...jadi iman kristen bukan hanya TRUTHFUL tapi CONTENTFUL... Truthfularinya tidak ada iman yang lain yang bener2 BENAR dan Contentfulartinya WE KNOW WHO ANF WHAT WE BELIEVE... So untuk temen2 remaja, gusah pusing dengan pembicaraan milist kita ini, salah satukonsekuansi logis dari seorang yang sungguh2 percaya kepada Kristusadalah selalu mengisi diri dengan kebenaran (lih. Yoh. 17:3 --> HAUSAKAN PENGENALAN yang bener) - sori ya pendahuluannya kepanjangan :)

Gereja yang KUDUS berarti kumpulan orang-orag percaya yang sudah ditebus dari dosa... Gereja yang AM berarti SATU (Katolik)... Saya rasakudus tidak menjadi pembicaraan utama kita... Pengertian AM/ SATU/KATOLIK mengacu kepada SATU KESATUAN yang kalau boleh di katakanGEREJA/ TUBUH YESUS KRISTUS yang UNIVERSAL.... Perlu menjadiperhatian kita: untuk saat ini KE UNIVERSALAN Gereja adalah INVISIBLE(tidak kelihatan) tapi EXIST (hadir), Pengakuan Iman Rasuli padadasarnya adalah sebuah PENGAKUAN... Ini artinya mengimani adanyaGEREJA YESUS KRISTUS yang universal itu... Arti yang lebih sempit:Pada waktu kita mengakui PIR (Pengakuan Iman Rasuli), pada poinGereja yang AM kita mengakui YESUS KRISTUS satu-satunya KepalaGereja, kedua, mengakui Gereja adalah wujud nyata kehadiran YESUSKRISTUS di muka bumi sebagai TUBUH...PENTINGKAH SEBUAH PENGAKUAN??? Sangat penting. Mudah sajamengertinya, Orang sudah di ucapkan berulang-ulang dengan pengakuanaja masih bisa lupa teks dan artinya, apalagi gak pernah di ulang-ulang...LOCAL CHURCHKekatolikan yang di mengerti dengan salah sejak jaman Gereja RomaKatolik (dan bahkan sampai sekarang) pada akhirnya menuai intervensidan reformasi... Ini menyebabkan Gereja mengalami "perkembangan" yangpesat (hal ini persis seperti apa yang terjadi pada jemaat mula2)...Allah tidak menghendaki orang percaya berkumpul jadi satu di satutempat dan berkata kita adalah Gereja yang AM...

Gereja mempunyai misi, dengan berani saya mengatakan, misi ini juga mengacu kepada konfirmasi kepada dunia bahwa Gereja EXSIST, sekali lagi KEPADA DUNIA... Gereja bukan hanya terbatas pada satu Gereja yangnotabenenya ALIRAN, GOLONGAN, GERAKAN, DENOMINASI... NB NB NB: GEREJABUKANLAH GEDUNGNYA, GEREJA BUKANLAH DENOMINASINYA, DSB --> GEREJAADALAH ORANGNYA... Dunia gak akan pernah tahu GEREJA EXIST bilaGEREJA hanya di mengerti GEREJA LOKAL dalam pengertian yang sempit...GEREJA LOKAL adalah tempat di mana anggota2 GEREJA UNIVERSALbertumbuh di dalam kebenaran FIRMAN ALLAH... APA MAKSUDNYA? Kebesaran(dalan arti: jemaatnya banyak, suasana ibadahnya enak, terasa adaRKnya, pos di sana sini, gedungnya wah) Gereja lokal bukanlah thefinal destination tapi sesungguhnya gereja harus peka bahwa Gerejalokal di panggil untuk menjadi wadah mempersiapkan PENAMPAKAN/GLORIFIKASI (PEMULIAAN) GEREJA UNIVERSAL oleh YEsus Kristus pada akhirnya...

Kita permudah mengerti Gereja Lokal: Katakanlah, saya adalah orangyang sungguh2 percaya kepada Krsitus yang berada di Gereja A..Pertanyaannya: Apakah ini berarti Gereja A adalah sepenuhnya orang-orang yang sungguh percaya kepada KRISTUS? Jawabannya jelas tidak.Orang yang sungguh2 percaya Krsitus dalam Gereja A ini adalah anggotadari GEREJA YANG UNIVERSAL... Jadi dengan kata lain sebenarnya setiaporang yang percaya kepada Kristus Dia harus berada di dalamkeduanya... Pada waktu ia percaya kepada Kristus, ia menjadi bagian/angota dalam Gereja Universal, tapi sekaligus ia harus masuk ke dalamGereja Lokal...Di mana kepentingan GEREJA LOKAL... Seperti yang saya sudah singgungdi atas, Gereja lokal adalah wadah untuk orang yang percaya kepadaKristus bertumbuh di dalam kebenaran yang sejati... IMPLIKASINYA:Orang percaya benar2 harus mencari Gereja LOKAL yang mengajarkankebenaran yang sejati (sedikitnya sangat ketat lah dalam penafsiranAlkitab) dan tentu aja yang gak mengabaikan Roh Kudus juga, he3)sekaligus menjalankan fungsinya...

Nb:Kalau ada gereja yang tidak mempraktekan PIR tidak jadi masalah, tapikalau ada yang mengatakan PIR itu tidak perlu, saya juga kurangsetuju.. Tapi lebih tepat, PIR bukan hanya di ingat dan di hafalkan,tapi juga di mengerti artinya...
SOLI DEO!!!

Artikel

Disadur dari Way of Life Ministry. (GITS Buletin)

PEMIMPIN "PUJIAN DAN PENYEMBAHAN" KHARISMATIK, YANG BERBOHONG TENTANG KANKER, MENGATAKAN BAHWA IA KECANDUAN PORNOGRAFIMichael Guglielmucci, yang dua tahun belakangan ini berbohong tentang menderita kanker stadium akhir, kini mengakui bahwa ia melakukannya untuk menutupi kecanduan dia terhadap pornografi. Guglielmucci, seorang pemimpin nyanyi kontemporer yang populer, dan juga mantan gembala sidang Assemblies of God di Australia, bahkan telah merekam sebuah lagu berjudul "The Healer" yang segera menjadi hit (musik "Kristen" kontemporer ternyata begitu duniawi, bahkan mereka memiliki chart top 10) dan masuk dalam album Hillsong yang paling baru. Selama dua tahun, dia katanya bahkan berhasil menipu istrinya dan orang tuanya dan teman-teman terdekatnya bahwa ia menderita kanker. Ia mengirimkan email palsu kepada istrinya, seolah-olah dari seorang dokter, mencukur rambutnya, berjalan dengan tongkat, dan membawa tabung oksigen ke mana-mana, sambil memberi performance di hadapan ribuan orang bahkan dengan selang oksigen di hidungnya! Dia adalah pemimpin "worship" di Edge Church International, yang digembalakan oleh ayahnya, Danny, tetapi dia tidak maju ke depan jemaat untuk mengakui dosa-dosanya. Sebaliknya, ayahnya, gembala di sana, membacakan "pengakuan" anaknya tersebut, yang tidak banyak menyinggung dosa atau pertobatan, tetapi lebih banyak mengenai "rasa sakit" dan "kesakitan." Bukannya dia didisiplinkan oleh gereja karena terlibat perzinahan [pornografi] sesuai dengan instruksi 1 Kor. 5:11, Michael malah dimanjakan dengan konseling psikologis. Guglielmucci memiliki website dan telah mengumpulkan banyak uang dari para donor yang percaya kebohongannya. Seorang nenek mengatakan bahwa ia mengiriminya $800 yang tadinya dia tabung untuk membawa cucunya yang duduk di kursi roda jalan-jalan, sambil berpikir bahwa uang itu lebih baik digunakan bagi Guglielmucci. Ayahnya mengatakan bahwa pembayaran dapat dilakukan "jika orang-orang menginginkan uang mereka kembali," tetapi mengapakah harus ada uang yang disimpan padahal semuanya didapatkan melalui kebohongan? Ke manakah semua uang itu pergi? Apakah untuk pornografi?

KEKERASAN BESAR-BESARAN OLEH HINDU TERHADAP ORANG-ORANG KRISTEN DI INDIASetelah seorang pemimpin World Hindu Council dibunuh oleh pemberontak Maois tanggal 23 Agustus lalu, orang-orang Hindu secara palsu menyalahkan orang Kristen dan membabi buta menyerang di negara bagian Orissa. Sedikitnya 13 orang telah mati, tidak terhitung banyaknya yang terluka, ratusan bangunan gereja hancur, dan ribuan orang kehilangan rumah. Setidaknya satu orang dibakar hidup-hidup. Sekretaris Jendral dari All Orissa Baptist Churches Federation mengatakan, "Semua kampung Kristen kosong di Kandhamal karena orang-orang Kristen, tua dan muda, yang sakit dan ibu hamil, semua bersembunyi di hutan, terpapar pada hujan monsoon yang tiada henti tanpa makanan" ("Hindu Attacks," Baptist Press, 28 Agustus). Seorang misionari Baptis Independen di India menulis tanggal 27 Agustus: "Efek dari kematian Swamiji (seorang pemimpin Hindu lokal) oleh para pemberontak Maois menjadi alasan yang `baik' bagi VHP (sebuah partai politik Hindu radikal) untuk menyerang orang-orang Kristen setempat. Hari ini adalah hari kelima serangan fisik tanpa henti oleh para militan Hindu terhadap orang Kristen. Gereja-gereja, rumah-rumah Kristen dibakar. Tidak ada seorang pun yang tahu berapa orang yang telah mati. Saya diberitahu bahwa tidak ada distrik yang tidak kena. Keluarga-keluarga banyak yang cerai berai. Orang-orang Kristen dari kebanyakan kampung telah melarikan diri ke hutan. Para pemimpin VHP menghasut orang-orang Hindu dan pemimpin suku lainnya untuk tidak menyediakan makanan, telpon, kartu SIM, dan keperluan dasar lainnya bagi orang-orang Kristen tersebut. Tidak mengagetkan, media hampir tidak melaporkan semua kejadian ini. Dan kalaupun ada yang melaporkan, biasanya dilaporkan sebagai perang antar suku. Ini tidak diragukan lagi adalah rancangan yang terorganisir oleh VHP, dengan bantuan kolusi dengan pejabat polisi dan partai politik setempat.

"GEMBALA CINA MENGATAKAN BAHWA 2000 ORANG KRISTEN SEDANG BERADA DI PENJARA KOMUNIS
Seorang gembala sidang gereja rumah yang teraniaya, bernama Yu Jie, mengatakan bahwa ada 2000 orang Kristen yang dipenjarakan di Cina komunis. Yu adalah seorang penatua di Ark Church di Beijing, dan walaupun dia sendiri telah menjadi tahanan rumah sejak Juli, dan tulisan-tulisannya dilarang di Cina, ia terus bersuara untuk menentang penganiayaan. Dalam sebuah artikal yang diterbitkan di majalah Hong Kong, ia menyebut Mao Zedong sebagai seorang "pembunuh" ("China House Church Leader," Baptist Press, 29 Agus. 2008). Mao barangkali adalah pembunuh massal yang paling brutal dalam sejarah manusia. Hidupnya didokumentasikan dalam Mao: The Unknown Story oleh Jung Chang dan Jon Halliday. London Daily Mail menyebut karya mereka "biografi politis yang paling kuat, menggugah dan membeberkan, di era modern," sementara majalah Time menyebutnya "buku yang seperti bom atom." Bagi mereka yang ingin mengerti komunisme dan sejarah modern, buku ini harus dibaca.

BERKHOTBAH MENENTANG SERIBU HAL
Baru-baru ini saya menerima e-mail berikut: "Jadi, saya sudah melihat di website anda tentang seribu hal yang anda tidak setujui/percaya. Jadi apa yang kau percayai? Saya percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang kudus, dan bahwa Yesus adalah AnakNya yang tunggal, dan bahwa saya diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman dalam kematian Kristus yang menggantikan di kayu salib. Tidakkah lebih baik kalian menghabiskan lebih banyak waktu memberitakan hal seperti itu? Saya hanya mendengar gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing setelah mengunjungi website anda."Â
JAWABAN DR. CLOUD: Allah menyelamatkan saya melalui kasih karuniaNya yang luar biasa 35 tahun yang lalu ketika saya seorang pengelana berusia 23 tahun, penyembah berhala yang kecanduan obat, dan Ia memberikan ke dalam hidup saya banyak hal yang tadinya tidak pernah ada. Salah satunya adalah cinta yang besar terhadap FirmanNya yang Kudus, yaitu cinta seperti yang dinyatakan dalam Mazmur 119:128. "Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci." Jika anda benar-benar mencintai kebenaran, maka anda akan membenci kesesatan. JIKA SAYA BERKHOTBAH MENENTANG SERIBU KESALAHAN, ITU HANYALAH KARENA SAYA MENCINTAI SERIBU KEBENARAN. Allah memanggil saya untuk berkhotbah, dan Ia tidak memanggil saya untuk mengkhotbahkan hanya sebagian saja dari FirmanNya atau hanya hal-hal "positif." Ia memanggil saya untuk mengkhotbahkan semuanya (2 Tim. 4:2).....Jadi jika anda berpikir bahwa memberitakan kebenaran dalam kasih adalah gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, silakan, tetapi pemikiran seperti itu akan gagal total di hadapan takhta pengadilan Kristus."

SONG: JANJIMU S'PERTI FAJAR

JANJIMU SEPERTI FAJAR (story behind the song)
"JanjiMu s'perti fajar pagi hari....
yang tiada pernah terlambat bersinar....
cintaMu s'perti sungai yang mengalir....
dan kutahu betapa dalam kasihMu.....
"Demikian lirik dari reff lagu "JanjiMu Seperti Fajar".

Hampir semua umat Kristen dari berbagai denominasi Gereja bisamenyanyikannya.Saya (Pdt. I Made Mastra) ingat, suatu kali dalam pelayanan kunjunganke Rumah Sakit,kami menyanyikan lagu-lagu penghiburan dari kamar ke kamar, untukmenguatkan dan memberi pengharapan kepada pasien-pasien yang sedangterbaring lemah di Rumah Sakit.Ada seorang pasien yang meminta lagu JanjiMu Seperti Fajardinyanyikan.Pasien ini menderita kanker stadium lanjut dan sudah sangat lemah.Kerabat keluarga yang dikasihi mengelilinginya, dan bersama-sama kamimenyanyikan lagu ini.Tak terasa airmata menetes. Rasa haru yang dalam begitu kuatmenguasai kami, dan kasih Bapa terasa dicurahkan atas pasien itu.Teman-teman juga pasti mengalaminya saat menyanyikan lagu ini.Ada kekuatan baru yang dilimpahkan ke atas setiap yang menyanyikannya.Yang jelas...banyak orang diberkati, tapi nggak banyak yang tahusiapa penulis lagu ini. Penasaran ???

Untuk itu, saya (Pdt. I Made Mastra) sengaja meminta kepadasongwriter, Afen, untuk menuliskan story behind the song. Apa yangdialaminya, sehingga lagu yang sangat powerful ini tercipta. Originallho.

From the deepest heart of songwriter "JanjiMu Seperti Fajar"....."

Nama saya Afen Hardianto.Saya tinggal di Malang bersama dengan istri dan 2 anak saya yangperempuan 6 tahun dan yang laki-laki 4 tahun.Saya berpacaran dengan istri saya sejak duduk dibangku SMA. Pada masakita masih pacaran hubungan kita ditentang oleh keluarga istri saya.Tetapi kita tetap berpacaran sampai akhirnya kita mendapatkan restuuntuk menikah. Tanpa saya sadari ternyata saya menyimpan kepahitandari akibat hubungan kami yang dulunya ditentang.Dan kepahitan itu saya simpan dan pupuk dan saya bawa di pernikahansampai menyebabkan hubungan saya dengan istri menjadi kurang harmonisdi tahun-tahun awal pernikahan kami.Kemudian masuklah pihak ke tiga yang semakin memperkeruh keadaanrumah tangga kami. Dan rumah tangga saya semakin amburadul.Saya menolak dan menganggap istri saya sebagai penghalang kebahagiaansaya, sehingga saya membenci istri saya. Rasa cinta terhadap istrisudah tidak ada lagi, yang ada adalah kebencian yang menumpuk. Sayaselalu menyakiti hati istri saya, walaupun istri saya tidak membalastetapi saya semakin menyakitinya.Saya tidak mempedulikan anak saya, dan saya pun sibuk dengankeegoisan saya sendiri. Yang dilakukan istri saya hanya berdoa danberpuasa, bahkan saat ia mengandung anak kami yang ke 2, ia berpuasaEster untuk saya..

Istri saya menutupi segala keadaan yang terjadi dalam rumah tanggakami dari keluarganya. Ia berpegang pada firman Tuhan di Amsal 21:1 :"jika hati raja-raja ada didalam genggaman tangan Tuhan,apalagi hati seorang Afen"Tetapi saya tetap tidak memperdulikannya sampai pada akhirnya sayamenyuruh istri saya untuk pergi dan saya antarkan istri dan anak sayapulang ke rumah orang tua istri saya. Dan orang tua istri saya punmenerima mereka dan juga menghendaki perpisahan ini dan megharapkanakan berujung pada perceraian. Saat itu istri saya berkata kepadasaya, ini bukan akhir dari segalanya. Setelah saya meninggalkan istridan anak saya, saya berpikir saya akan menjalani hidup saya yangbaru. Tetapi pada suatu malam pada saat saya sendiri Tuhanmengingatkan saya pada anak saya yang pertama, saya tiba-tibamerasakan rindu dan kangen sekali pada anak saya itu. Waktu itu anaksaya masih berusia 1,5 tahun. Hati saya hancur dan saya menangis.Saya berkata kepada Tuhan :" Tuhan apakah akhir dari hidupku akan seperti ini, saya yang daridulu (SMP) sudah melayani Tuhan sebagai pemain musik tetapi apakahrumah tanggaku akan berakhir dengan perceraian?"Tiba-tiba Tuhan memberikan melodi kepada saya lagu : "JanjiMu SepertiFajar", dimana rencana saya lagu ini akan saya simpan untuk sayapribadi.Tetapi pada saat pendeta saya mau rekaman, pendeta saya kekurangan 1lagu dan ia bertanya kepada saya, apa saya mempunyai lagu.Dengan malu-malu saya tunjukkan lagu JanjiMu Seperti Fajar kepadanya.Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadiberkat bagi banyak orang, termasuk saya dan keluarga.Dan singkat cerita Tuhan memulihkan keluarga saya.Istri, dan anak-anak saya juga sudah kembali bersatu dengan saya.Bahkan anak ke 2 saya yang dulu saya tolak dan lahir secara prematuretanpa saya dampingi juga lahir dalam keadaan yang normal dan sehat.Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahuibahwa pada saat keluarga saya berantakan setiap hari istri sayamenuliskan kata-kata iman di sebuah buku.

Didalam tulisannya tersebut istri saya mengatakan :Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku, keadaan ini adalah baikbagiku karena pasti ada anugerah besar bagiku,suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan,suamiku Afen adalah suami yang mengasihiku,semua ini mendatangkan kebaikan bagiku karena Tuhan pembelaku ada dipihakku.Dan sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakandi dalam hidupku, bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu JanjiMuSeperti Fajar menjadi lagu terbaik Indonesian Gospel Music Award2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang sama, danTuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut.
Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.(from Afen Hardianto)....

wow...sungguh testimony yang mengharu biru.Teman-teman pasti lebih dikuatkan lagi ya.Nggak pernah menyesal ikut Yesus, karena di dalam Yesus nggak ada tuh yang namanya dead end. Selalu ada jalan keluar. Selalu adapengharapan yang baru. Pengharapan yang tidak pernah sia-sia.Kalau Afen (especially his wife) mengalami jalan keluar, kita jugaakan mengalami jalan keluar.Because our destiny is being more than a conquerer !!!Selamat berjuang !!!"GBU All

SMR - SEKOLAH MINGGU REMAJA

KELAS PERSIAPAN 25 November 2007
GURU SEKOLAH MINGGU REMAJA
SEKOLAH MENENGAH UMUM (SMU)

Tema bahan : PENYATAAN ALLAH YANG TERTULIS.
Ayat Alkitab : ii Timotius 3:10-17
Penjabaran Tujuan : Alkitab adalah firman Allah, Wahyu (Penyataan)khusus

Pendahuluan
Usulan metode Ice breaker:
Minta anak anak mencari pasangan. Salah seorang dari mereka minta untuk membuat satu daftar barang2 yang mau di beli (lebih dari 15 jenis). Setelah itu bacakan daftar itu kepada pasangannya, dengan syarat tidak boleh di catat. Setelah itu minta ia membacakan kembali daftar tersebut. Pertanyaannya: Apakah pasangannya itu bisa mengingat semuanya? (kalau ada waktu, praktekan apabila pesanan itu di tulis, tunjukkan perbedaannya). Demikianlah Allah ingin agar manusia mengingat akan perjanjian Allah dengan umatnya. Setelah itu Lansung masuk kepada paragraph yang kedua saja dari bahan.

Isi

Tulisan Yang Di Hasilkan
Poin-poin penting dari bahan:
Kita setuju bahwa suatu catatan tertulis itu penting supaya penyataan yang di berikan Allah kepada manusia dapat tetap terpelihara dan di wariskan kepada generasi selanjutnya.
Alkitab di tuliskan di bawah pimpinan Roh Kudus.
Bagaimana Alkitab Dituliskan
Poin-poin penting dari bahan:
§ Yang pasti kita tidak dapat mengatakan bahwa Alkitab jatuh dari surga.
§ Para penulis Alkitab adalah manusia biasa (tapi, mereka adalah orang-orang yang telah mengenal dan percaya kepada Yesus).
§ Mereka tidak seperti orang-orang yang terhipnotis dan merekapun tidak seperti mesin yang menghasilkan barang2 tanpa berpikir atau intelek.
§ Alkitab bukan sekedar buku ciptaan manusia.
§ Kata’diilhamkan’ berarti di ’nafaskan’
§ Di mana Allah bernafas di situ ada kehidupan (tambahan: karena Allah kekal, maka nilai Alkitab juga kekal.)
Bukti-bukti Tentang Ilham Ilahi
Poin-poin yang peting dari bahan:
Kesaksian dari para penulis sendiri (Yesaya 22:14; Yeremia 2:19; Yeh. 13:3)
Kesaksian Yesus sendiri mengenai kitab Musa dan para nabi, dengan kata lain Yesus mengakui Perjanjian lama. (Luk. 24:25-27; Yohanes 14:26; 16:13)
Para rasulpun mengakui keabsahan Perjanjian Lama (II Tim. 3:16)

Penerapan: Penerapan dari buku dapat di gunakan.
Tambahan Poin-poin:
Ingatkan kembali mengenai wahyu Allah.
Penyataan Allah adalah apa yang sering kita kenal dengan WAHYU
Wahyu ada dua: Wahyu Umum dan Wahyu Khusus. Wahyu khusus ada 2: Alkitab (PL dan PB) dan Yesus Kristus.
Alkitab juga memberi kesaksian bahwa Allah menyatakan diri dengan tujuan supaya manusia mengenal Allah, manusia mengenal dirinya yang berdosa dan butuh penebusan, terakhir agar berita keselamatan sampai kepada manusia.
Evaluasi Pertanyaan Diskusi:
Pertanyaan no. 1 Apa yang di maksud dengan wahyu umum dan wahyu khusus?
Pertanyaan No. 2 Mengapa Alkitab di sebut Wahyu khusus?
Pertanyaan No. 3 Bagaimanakah proses penulisan Alkitab?

GIAT DI LADANG TUHAN!!!



"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit..." Inilah Guru-guru Sekolah Minggu Gereja Kristen Protestan Jambi. Siap untuk bekerja di ladang Tuhan. Anak-anak dan Remaja adalah kepercayaan yang Tuhan berikan untuk di garap. Anugerah Tuhan yang memanggil, anugerah Tuhan juga yang menyertai.

Doa hamba-Mu:

Bapa di dalam sorga,

Engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari dosa, tidak ada satu hal pun yang dapat menggantikan anugerah-Mu itu... Kuatkan dan teguhkan hamba-hamba-Mu, dengan damai sejahtera dan sukacita dari Roh Kudus, hamba-hamba-Mu ini siap melawan jaman ini untuk membawa anak-anak dan remaja kembali kepada-Mu... Segala kemuliaan hanya bagimu, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus hamba-Mu yang hina dina ini berdoa. Amin.

Allah yang memulai, Allah yang akan menggenapkan rencana-Nya di dalam dan melalui Guru-guru Sekolah Minggu Remaja GKPJ.

-Soli Deo-

From Paul to Galatian

GALATIA 4: 12-20
PENERIMAAN

”jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti aku, belum pernah ku alami sesuatu yang tidak baik dari padamu”. Maka pengertiannya juga menjadi, :kalau begitu sebenarnya kamu tahu aku juga tidak pernah ingin memberikan yang buruk padamu.“ Disini kita melihat suatu pengajaran “saling menerima“. Kita perlu mengingat bagian ini di tulis tidak terlepas dari inti kitab Galatia sendiri. Dalam kitab ini Paulus ingin menegaskan kembali, bahwa kita di terima Allah adalah karena anugerah semata. Penerimaan Alah itulah yang kemudian harus di jadikan contoh dalam kehidupan bersama. Penerimaan seperti apakah yang di maksud? Kita akan melihat 4 hal:

PERTAMA, penerimaan yang tanpa syarat (13-14)
Kita tidak asing lagi dengan kondisi fisik Paulus. Ia sering kali mendapatkan penganiayaan fisik. Inilah yang membuat ia kelihatan tidak menarik dan bahkan cacat fisiknya itu di gambarkannya sendiri seperti sesuatu yang menjijikan. Paulus berkata: bahkan dalam kondisi seperti itupun mereka menerimanya. Bukan hanya menerima seperti tamu biasa, bahkan seperti menyambut malaikat Allah, bahkan seperti menyambut Kristus. Paulus mengingatkan mereka, bagaimana mereka menerima Paulus pada waktu itu tanpa syarat.
Begitu juga halnya dengan Paulus, ia tetap datang juga ke Galatia, bahkan dalam keadaan fisik yang sakit.

Menerima tanpa syarat, itu tidak mudah. Kasih Allah adalah kasih yang menerima tanpa syarat. Wanita yang berzinah, orang lumpuh, orang buta, penjahat di atas pohon, orang kaya seperti Lazarus, Tuhan mengasihi tanpa syarat. Tuhan tidak pilih2 kasih. Apakah mudah untuk Tuhan? Tidak, bayarannya adalah di hina. Paulus ingin mengingatkan jemaat di Galatia, mereka juga seharusnya ingat kasih tanpa syarat yang mereka berikan pada Paulus pada waktu itu adalah kasih yang mengalir dari hati karena Kristus.

KEDUA, Penerimaan atas dasar kebenaran (15-16)
Paulus bertanya, di manakah bahagiamu itu sekarang? Apa yang terjadi, mereka mulai meragukan kerasulan Paulus, mereka meragukan pengajaran Paulus bahkan mereka mulai menolak Paulus. Apa masalah utamanya? Ayat 16:“apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?“

Ada banyak orang yang baik, tapi sedikit orang yang benar. Yang baik belum tentu benar. Yang benar sudah pasti baik. Tetapi yang benar dan baik belum tentu semua orang suka. Paulus tidak mengajarakan apa yang menyenangkan telinga saja, Paulus tidak mengajarkan apa yang orang suka dengar saja. Paulus mengajarakan apa yang benar. Meskpun demikian, sayang, justru Paulus di tolak dan di ragukan.

Bukankah Yesus Kristus juga mengalami hal yang sama? Dia adalah yang benar tetapi dihakimi oleh yang tidak benar, Ia mengajarkan dan melakukan apa yang benar tetapi justru di tangkap dan di adili dengan tidak benar. Inikah harga yang harus di bayar untuk sebuah kebenaran? Jika Yesus ingin mengumpulkan masa demi dirinya sendiri, Ia tidak akan mati di atas kayu salib, Ia bisa saja tidak taat sampai mati di atas kayu salib, tapi baginya itu tidak benar. Apakah Ia harus menjawab bukan, ketika di tanya: Apakah Engkau Anak Allah” Ia tak dapat menyangkali kebenaran itu. Hanya yang benar dapat menerima yang tidak benar. Yang benar bisa menerima yang benar, yang tidak benar juga bisa menerima yang tidak benar. Tapi, yang benar menerima yang tidak benar itu butuh kasih yang lebih.

KETIGA, penerimaan dengan ketulusan (17-18)
Di sini Paulus menekankan soal ketulusan. Tidak sulit untuk menafsirkan bagian ini. Kata mengucilkan dalam bagian ini berhubungan erat dengan Taurat. Mereka yang mengikuti pengajar-pengajar sesat itu bukan di pisahkan dari kebenaran, melainkan memisahkan diri dari kebenaran. Tentu saja ini bukan pengajaran dari rasul Paulus. Paulus mengatakan dengan jelas tujuan mereka adalah „supaya kamu dengan giat mengikuti mereka“.
Paulus juga mengajarkan, supaya mereka ikut dirinya. Tetapi ada perbedaan yang mendasar. Paulus ingin jemaat Galatia ikut Paulus karena Paulus senantiasa mengikut jalan Kristus/ Injil yang benar. Paulus mengajarkan untuk ikut apa yang benar. Berbeda halnya dengan pengajar2 Yahudi pada waktu itu. Pengajar ini mengajarkan keselamatan harus tambah Taurat, tentu ini bukan ajaran Injil yang benar. Dalam kalimat terakhir Paulus menegaskan:“asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antara kamu.“ Paulus ingin menegaskan, ajara kebenaran tidak berdiri pada waktu tertentu saja, melainkan pada setiap waktu. Ada atau tidak ada orang, suka atau tidak suka, kebenaran tetap kebenaran.

Yesus menerima manusia dengan ketulusan. Pada waktu kita percaya kepada Kristus, kita memang dituntut untuk melakukan semua firman-Nya. Meskipun demikian itu bukan paksaan, melainkan pilihan. Meskipun demikian apakah ini berarti yang benar bisa menjadi tidak benar? Tidak, ketidak taatan kita kepada firman-Nya sebenarnya mendukakan hati Allah.

KEEMPAT, penerimaan dengan pengorbanan (19)
Paulus berkata “karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi”. Ini merupakan sebuah gambaran. Betapa sakitnya seorang ibu ketika hendak melahirkan, demikianlah hati Paulus. Sakit bukan karena dendam, sakit bukan karena di perlakukan tidak baik, tapi satu pengorbanan fisik, pikiran dan perasaan. Krinduan Paulus adalah orang-orang yang di layaninya semakin serupa dengan Kristus. Ia tidak punya agenda yang tersembunyi. Pengorbanan yang ia berikan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan untuk kepentingan Allah.
Tuhan Yesus adalah contoh nyata. Ia rela berkorban, mulai dari datang ke dunia sampai kepada salib. Demi pengampunan dosa kita, demi kita di terima oleh Allah, Ia rela berkorban. Semua ejekan, semua hinaan, semua siksaan fisik dan emosi di tanggungnya demi cintanya kepada Bapa dan kepada kita manusia yang berdosa.

Allah menerima kita dalam anugerah-Nya. Adakah kita bisa saling menerima satu dengan yanglain?