21 September 2008

LOve Without Loves Isn't Love

KOTBAH PERNIKAHAN
Kejadian 1:27-29; Efesus 5:22-25

20 September 2008

Membangun sebuah rumah tangga sebenarnya seperti membangun rumah. 3 hal yang berhubungan dengan rumah: pertama, siapa yang membuatnya; kedua, pondasi yang kuat; ketiga, bahan bangunan yang di pakai. Pernikahan pun bergantung pada ketiga hal ini.

Pertama, Siapa Yang Membuatnya?
Dari Kejadian 2:27-28 kita dapat melihat bahwa pernikahan adalah lembaga tertua yang Allah dirikan pertama kali dalam dunia manusia. Pada waktu itu tidak ada musyawarah antar Allah dengan manusia atau menusia dengan manusia. Dengan demikian maka sebenarnya kita dapati bahwa pernikahan DI RANCANG OLEH ALLAH, DI BENTUK OLEH ALLAH DAN DI SAHKAN OLEH ALLAH sendiri. Allah adalah arsitek pernikahan yang sempurna. Dia adalah designer pernikahan yang agung.

Seorang arsitek yang sejati, ketika hendak membangun sebuah bangunan, berapapun nilainya, Ia tetap akan mempersiapkan yang terbaik, sesuai dengan perhitungannya, seperti membangun miliknya sendiri. Mengapa demikian? Karena ia menjaga citra profesinya dari bangunan yang di buatnya. Allah tidak akan pernah sembarangan dalam merancangkan sesuatu. Segala sesuatu yang ia rancangkan dan ciptakan adalah untuk memuliakan Dia. Bagaimana ciptaan mencerminkan bayang-bayang Pencipta-Nya.

Oleh karena itu mengapa di akhir dari janji pernikahan, hamba Tuhan akan menyatakan: “Apa yang sudah di persatukn oleh Allah tidak boleh di ceraikan manusia.” Mempertahankan pernikahan adalah salah satu bukti kita menghormati Allah sebagai perancang-Nya.

Kedua, Membangun pondasi yang kuat.
Setelah Allah menjadikan hawa bagi adam, ada sebuah perintah yang Allah berikan kepada Adam dan hawa: pertama, beranak cuculah dan yang kedua adalah jangan kamu makan buah terlarang yang ada di dalam taman itu. Keduanya adalah perintah Allah. Yang pertama, sifatnya adalah menyenangkan, yang kedua sifatnya adalah larangan. Manusia biasanya, senang dengan yang enak-enak, Betul tidak? Saudara. Alkitab tidak mencatat ada masalah dengan perintah yang pertama. Tetapi apa yang terjadi? Perintah yang kedua, Firman Allah yang kedua bagi adam dan Hawa, di langgar. Mereka tidak taat. Mereka merendahkan frirman Allah.

Untuk beranak cucu, tidak ada pilihan orang bagi adam dan hawa, betul? Karena pada waktu itu Cuma ada satu laki-laki dan satu perempuan. Tapi kalau makanan, Tuhan memberikan banyak pilihan bukan? (Kejadian 1:29), hanya Tuhan berfirman: “kecuali yang satu itu jangan di makan” (Kej. 2:17). Bahkan Tuhan sudah beri tahu konsekuensinya, mereka akan mati. Mereka tidak taat, mereka berdosa. Mereka berdosa setelah di berkati. Artinya mereka berdosa setelah berkeluarga.

Satu-satunya pondasi dalam kehidupan rumah tangga adalah Firman Allah. Ketika firman Alah di langgar, di sana muncul banyak ketidak harmonisan, di antaranya: penyesalan, saling menyalahkan dan penderitaan. Oleh karena itu, Firman Tuhan harus menjadi dasar, arahan dan pondasi dalam membangun rumah tangga. Demikianlah rumah tangga bias menjadi awet, bila keduanya saling mengingatkan akan firman Tuhan. Menyelesaikan masalah harus dengan cara-cara yang di arahkan dan di ajarkan Firman Tuhan, mengambil keputusan harus dengan pertimbangan firman Tuhan. Keluarga-keluarga yang menjunjung tinggi Alkitab adalah keluarga yang kokoh dan di berkati oleh Tuhan.

Bahan Bangunan Rumah Tangga yang di pakai.
Untuk membuat suatu bangunan, ada banyak pilihan merek atau bahan yang bias di gunakan. Mulai dari kerangka bangunan sampai dengan jadinya. Ada 2 bahan penting yang di perlukan dalam membangun rumah tangga:

Pertama, unconditional love (kasih yang tidak melihat kondisi)
Dalam surat kepada Efesus, Paulus menghubungkan kehidupan rumah tangga dengan Kristus dan Gerejanya. Ada kasih yang mempersatukan. Bagaimana suami terhadap istri dan sebaliknya istri kepada suami? Semuanya harus di jalankan dalam kasih yang tak bersyarat. Tidak mungkin pasangan memakai bahan ini bila Kristus belum hadir dalam hidupnya. Kasih yang tidak bersyarat berisikan: penerimaan, pengampunan yang tulus, saling ketergantungan dan tidak mendahulukan kepentingan sendiri.

Kedua, Komitmen
Janji pernikahan, bukanlah sekedar ucapan bibir, melainkan sebuah tekad dan komitmen. Janji kepada yang kelihatan adalah wjud nyata janji kepada yang tidak kelihatan. Kita tidak mungkin dapat berkata Tuhan Allah saya mengasihi-MU dan saya ingin selalu setia pada-Mu tetapi dengan yang kelihatan, yang selalu bersama, yang ada di hadapan, kita tidak setia. Salah satu ujian kesetiaan adalah waktu. Waktu tak pernah berbohong mengenai komitmen. Komitmen tidak perlu di bicarakan, tetapi di buktikan. Komitmen mengandung unsur: kesetiaan, ketulusan dan keinginan untuk memelihara rumah tangga sampai dengan maut memisahkan.

Kalimat emas: “Love for perfect person not but love unperfect person perfectly” yang artinya:”kita tidak mencintai orang yang sempurna, cintailah orang yang tidak sempurna dengan kesempurnaan”. Kiranya Kristus bertahta di tengah2 kehidupan keluarga Yenti W. dan Darwis. Amin.

Kiranya Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: